Mengunjungi Guru SD di Kampung Sappaya
Minggu, Juni 25, 2017
1 Komentar
Sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri, saya mengunjungi salah seorang guru saya waktu masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Labakkang Ibu Miah.
Yah beliau yang (masih) kerabat juga meski jarang bersua
karena kesibukan masing-masing dan yah paling kalau kami berpapasan di jalan lalu saling menyapa
satu sama lain.
Terakhir kami bertemu mungkin sekitar dua tahun yang lalu saat tettanya kembali ke Rahmatullah dan saya menyempatkan untuk ke rumah pamannya, tempat dimana almarhum tettanya meninggal dunia.
Terakhir kami bertemu mungkin sekitar dua tahun yang lalu saat tettanya kembali ke Rahmatullah dan saya menyempatkan untuk ke rumah pamannya, tempat dimana almarhum tettanya meninggal dunia.
Saya sudah lama sebenarnya ingin bersilaturohim dengan
sejumlah guru-guru Madrasah saya, cuman sekali lagi rencana tinggal rencana.
Tak pernah kesampaian dan sekali lagi karena pekerjaan yang teramat menyita
waktu di kantor dan dilapangan juga tugas ke keluar kota.
Minggu lalu saya sempat ke sekolah saya Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah untuk mengesahkan lembaran foto copy ijazah saya, karena libur maka
tak satu pun guru ada disana, sehingga saya harus menghubungi via phone guru
yang kebetulan menjaga sekolah ini Ibu Ratna untuk dibantu pengesahan ijazah
saya ini dan Alhamdulillah bisa selesai juga hari itu.
Ibu Ratna yang merupakan saudara dari Kepala Sekolah saya
jaman SD Ibu Hj. Rosmawati Kammi, bercerita banyak tentang situasi madrasah
yang sudah puluhan tahun ia tempati mengajar, dari sekian cerita yang saya dengar
mulai dari jumlah murid, perkembangan guru dan lainnya satu hal yang saya
tanyakan kemudian adalah bagaimana keadaan Ibu Miah saat ini hingga
terdengarlah di telingaku bahwa beliau sudah hampir setahun terakhir sakit dan
sakitnya cukup aneh dan sulit diketahui penyebabnya secara medis.
Dan saya tahu pula bahwa beliau sudah tidak lagi mengajar di Madrasah ini, madrasah yang menyimpan sejuta cerita perjuangan baginya dalam membesarkan sekolah yang sudah nyaris mati kala itu bersama kepala sekolahku, yang harus pontang-panting nyari murid mencukupi jumlah murid agar sekolah ini tetap eksis, bertahan hingga sekarang. dan saya adalah salah satu murid yang belum cukup umur kala itu terjaring 'razia' harus sekolah.
Dan saya tahu pula bahwa beliau sudah tidak lagi mengajar di Madrasah ini, madrasah yang menyimpan sejuta cerita perjuangan baginya dalam membesarkan sekolah yang sudah nyaris mati kala itu bersama kepala sekolahku, yang harus pontang-panting nyari murid mencukupi jumlah murid agar sekolah ini tetap eksis, bertahan hingga sekarang. dan saya adalah salah satu murid yang belum cukup umur kala itu terjaring 'razia' harus sekolah.
Tidak menunggu lama, saya langsung berniat untuk bisa sesegera mungkin
mengunjunginya, saya tahu Ibu Miah ini tinggal di Kampung Sappaya, tapi
persisnya rumahnya dimana saya belum tahu. Gampanglah, nanti saat berkunjung
kesana saya bisa menelpon Ibu Ratna meminta petunjuk posisi rumah beliau.
Saya sudah menyiapkan paket sembako yang saya beli di Kedai ‘Aisyiyah,
bersilaturohim sambil membawa paket ala kadarnya untuk Ibu guru tercinta yang atas semua jasa-jasanya telah berbagi ilmu, mengajarkan kami calistung saat duduk di
bangku SD.
Kenangan yang tak pernah hilang dari ingatan saya saat masih
berseragam merah-putih bak warna bendera Indonesia adalah saat ia selalu
mencariku di jam istirahat, hanya untuk nyari kutu saya, hahaahaha.
Beliau akan memaksa saya duduk di dekat teras kelas, lalu memintaku diam dan kedua tangannya beraksi diatas kepalaku sambil menasihatiku, hahahaha.
Beliau akan memaksa saya duduk di dekat teras kelas, lalu memintaku diam dan kedua tangannya beraksi diatas kepalaku sambil menasihatiku, hahahaha.
Mengingat itu, saya sadar kalau waktu ku kecil banyak kutu,
bahkan tettaku (baca: Ayah) setiap kali harus ke sumur yang jauh dari rumah
untuk mandi, ia akan membawa kaos dalam putihnya dan sampo untuk membantu
menghilangkan kutu yang bersarang di kepalaku menggunakan kaosnya.
Tradisi lain yang digunakan oleh Ibuku untuk menghilangkan
kutuku adalah dengan kapur ajaib yang peruntukannya sebenarnya penghilang semut
atau serangga lainnya di rumah, yang dialihfungsikan untuk mencoret diatas kepalaku agar makhluk bernama kutu itu terhempas jauh, ya
Tuhan mengingatnya saya kok pengen ketawa guling-guling.
Anehnya cara terakhir inilah yang paling ampuh, sehingga
masuk bangku SMP hingga SMA, kepalaku tidak lagi saya garut karna kutu-kutu
ini, serius ini bisa kalian coba yang punya anak yang kebetulan banyak kutu.
Tapi eh, gak ada kutu di kepala gak rame, loh.
Bahkan, rasanya rindu pengen kepala ini di obok-obok oleh tangan
Ibuku, maka segera saya pun akan tertidur pulas.
Malah, edannya lagi saya sempat nyari kutu teman di pindahkan ke kepala
saya, biar ada gitu yang gatal di kepala dan ada alasan Ibuku nyariin kutu dan
megang kepalaku wkwkwkwk sayangnya sudah gak ada, kutu pensiun dari kepalaku,
yang ada sisa ketombe kali, hehehe.
Baik, cukup bahas soal kutunya.
Kembali ke rencana mengunjungi Ibu Miah. Sehari sebelum Idul
Fitri adalah waktu yang saya pilih. Disaat ibuku minta di ojek kesana-kemari
untuk melengkapi kebutuhan masaknya seperti beli ayam, beli tabun gas cadangan,
masuk pasar nyari ini-itu, saya sempatkan ngacir ke Kampung Sappaya Labakkang sana, tetangga kampunglah.
Sesampai disana, saya agak bingung juga mencari kira-kira
rumah Ibu Miah ini dimana yah, hingga teringat kalimat yang mengatakan bahwa “Malu
Bertanya Sesak Nafas, Ups Sesat di Jalan” akhirnya bertanyalah saya pada
seorang tante yang berambut pendek tentang rumah Ibu Miah. Alhamdulillahnya
lagi, pas ditanya si Ibu langsung nunjuk itu didalam, pas rumah di depan tempat
saya berdiri.
Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun segera memarkir
motor dan bergegas naik ke rumah panggung tersebut. Tidak lama setelah ngucapin
salam, emaknya ibu Miah membukakan pintu dan segera beliau memintaku masuk ke
dalam dan menemukan Ibu Miah masih di pembaringan karena masih sakit.
Sedih, sedih sekali melihat kondisinya.
Yang dulu begitu ulet, rajin berjalan sambil menenteng payung. Bahkan, saya ingat betul sejak SD, ukuran saya berangkat ke sekolah adalah dengan menanyakan kepada ibuku atau tetangga dan juga ke teman sekolahku, apakah Ibu Miah sudah lewat atau betul, maklum beliau harus melewati jalur Kampung Tarusang, yang tak lain kampungku dan sebahagian besar murid Mis Muhammadiyah adalah penghuni kampung ini.
Dengan jarak Kampung Sappaya lewat Kampung Kalibara menuju
Kampung Tarusang hingga Bawang Lompoa untuk tiba di sekolah, dan kini ia terbaring tak
berdaya.
Sepertinya beliau speechles,
saya tiba-tiba bisa datang ke rumahnya. Kami akhirnya mengobrol panjang, saya
bertanya bagaimana kondisinya, bagaimana kronologi penyakitnya dan terakhir
mengajar dimana setelah meninggalkan sekolah kebanggaan kami. Sebaliknya, ia
pun bertanya panjang lebar tentang pekerjaanku dan keadaan orangtuaku.
Oh iya, Ibu Miah ini setelah puluhan tahun mengabdi sebagai
guru bantu di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah ini, memang tidak pernah
terangkat jadi PNS oleh dinas pendidikan atau mungkin departemen Agama atau
yang sekarang lebih dikenal Kemenag.
Padahal untuk urusan lamanya masa pengabdian beliau, itu sudah gak bisa diukur dengan syarat jadi PNS yang diangkat melalui jalur khusus, itu jauh lebih dari cukup.
Padahal untuk urusan lamanya masa pengabdian beliau, itu sudah gak bisa diukur dengan syarat jadi PNS yang diangkat melalui jalur khusus, itu jauh lebih dari cukup.
Entah apa alasannya, setahu saya memang secara akademik,
beliau bukan Sarjana Kependidikan layaknya jalur akademik yang harusnya ditempuh
seperti sekarang ini untuk menjadi seorang guru, saya agak kurang tahu persis
gelar kesarjanaan beliau, yang saya tahu katanya beliau itu cocoknya mengajar
di SLB, yah beliau seharusnya mengajar murid berkebutuhan khusus. Tapi yang namanya jaman dulu, dimana guru masih sangat terbatas, keberadaan sosok seperti Ibu Miah membantu sekolah Madrasah seperti sekolahku, itu sudah luar biasa.
Seharusnya pihak dinas yang tahu masa
mengabdi beliau bisa mendorongnya atau mengangkatnya untuk menjadi guru di SLB
saja atau jadi staf apa gituh yang bisa merubah nasibnya dan menghargai
perjuangannya selama ini. Atau boro-boro ngasi beasiswa untuk memperbaiki gelar
akedemiknya ke Kampus yang ada di Kabupaten.
Ah guru itu memang pahlawan tanpa tanda jasa, potretnya yah
seperti posisi Ibu Miah ini. Itu pun yang menyedihkan karena beliau merasa
terusir di sekolah yang sudah dibesarkannya berpuluh tahun lamanya, hanya
karena beliau bukan sarjana muda layaknya guru-guru baru keluaran universitas
tertentu yang sekarang mengajar di sekolah tersebut atau barangkali beliau juga jenuh dengan konflik yang konon berkepanjangan tersebut antar guru dan faktor lainnya, yang sebagai alumni sekolah tersebut pun cukup mengecam tindakan siapapun yang tidak menjaga martabat sekolah dengan perilaku yang baik yang seyogyanya di tampilkan sebagai sosok pendidik, sosok guru dan orang Muhammadiyah. yah sekolah ini adalah amal usaha Muhammadiyah yang di bangun dengan penuh pengharapan mencerdaskan generasi bangsa.
Tak satupun yang mencoba melihat minimal menghargai
perjuangan Ibu Miah selama ini, sehingga tak elok rasanya, jika beliau harus
dibandingkan dengan guru-guru baru yang saat ini lebih “multi-talend” dari
beliau hanya karena gelar kesarjanaan, kemampuan menggunakan leptop atau skill
lainnya yang harus dikuasai oleh guru pada umumnya.
Apa pernah yah mereka
minimal membantu beliau untuk memahami perbedaan kurikulum, strategi mengajar,
dan pengenalan IT ke beliau sebagai seorang partner dalam satu lingkungan kerja
untuk lebih menguatkan skill beliau misalnya.
Entahlah, yang jelas dari nada pembicaraan beliau,
ada rasa pilu, sedih dan sedikit penyesalan melihat sekolah yang ia besarkan
itu bersama guru dan kepala sekolah kami dulu.
Beliau juga sangat terkenang dengan upayanya membeli sekarung
baju cakar yang dibelinya di kota madya bersama kepala sekolah yang selanjutnya
dibagikan kepada anak-anak yang tidak mampu di kelas kami untuk selanjutnya
bisa digunakan.
Kadang jika, baju sekolah kami yang hanya sepasang, kotor dan
harus dicuci kami diberikan kebebasan menggunakan pakaian biasa, pokoknya semua
harus ke sekolah, ah.
Setelah cukup lama bernostalgia dengan beliau, akhirnya saya
pamit setelah disuguhi sirup dan kue, hahahaha. Maklum, saya tidak sedang
berpuasa kemarin, saat sedang berpamitan ia meminta emaknya untuk memberikan
kepada saya kantong yang berisi ikan dan udang.
Saya menolak, karena itu jauh lebih penting untuknya dan
keluarga. Kusampaikan padanya bahwa saya punya banyak ikan di rumah hasil
pemberian kakak saya yang dari Tosewo, ibuku pun masih di pasar membeli banyak
sekali perlengkapan masak dan sebaiknya ikan dan udang itu di simpan dan
digunakan untuknya menyambut idul fitri. Tapi, Ibu Miahku ini memaksa, bahkan
mengancam mengembalikan paket yang saya bawa, ah ibu Miah ini bener-bener
membuat saya ingin menangis saat menerimanya.
Tak lupa beliau meminta agar salamnya disampaikan untuk kedua
orangtuaku dan aku iyakan dan segera berlalu meninggalkan kediaman beliau.
Yah
di rumah ini, Ibu Miah hanya tingga berdua dengan ibunya, beliau sejauh ini
belum memiliki suami, entahlah alasan apa yang membuat beliau tetap bertahan dalam
kesendirian pun ia adalah anak tunggal.
Semoga engkau segera sehat, Ibu Miah dan semoga saya selalu
mengingat seluruh kebaikanmu, seluruh perjuanganmu dan lain waktu bisa
menjumpaimu kembali dalam keadaan yang jauh lebih baik dari sekarang. Amin.
ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
BalasHapusHalo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)
Game Terbaru : Perang Baccarat !!!
Promo :
- Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
- Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino
Situs Login : arenakartu.org
Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-
INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.