Perempuan Tangguh itu adalah Tamu Istimewaku di Hari Kedua Lebaran
Kamis, Juli 07, 2016
Tambah Komentar
Jam menunjukkan pukul
sepuluh pagi lewat sekian menit dan saya masih terbaring dengan pulasnya di
kamar tidur dengan ukuran 3x2 meter dilantai dua rumah panggungku. Seperti biasa,
ibuku sering sekali mengeluh jika saya terlalu teler saat tidur sampai lupa bangun untuk membantunya membersihkan
berbagai perabotan rumah setelah berlelah ria mempersiapkan kebutuhan dan hidangan
lebaran atau sekedar bangun untuk merapikan tempat tidur, menyapu karpet juga
mencuci pakaian kotor yang menumpuk di sudut kamarku sehingga kedongkolah ibu
ini biasanya tertuang dalam rangkaian kata-kata mutiara yang menyindir harga
diriku sebagai seorang anak dara hahaahha.
Katakanlah kata-kata seperti
“anak dara kok tidurnya segitu ammat”
atau “rejeki sudah dipatok ayam, kamu
belum bangun-bangun juga” atau yang lebih ngenes lagi “Gimana bisa
nikah, kerjanya tidur mulu”, Oh
Tuhan, lindungilah hambamu yang lucu ini,
kalimat ibu ini yang membuatku rasanya ingin pindah Negara seketika, aku pengen
hijrah dan stay di Spanyol saja, dan
segera menemui David Villa dan menanyakan langsung kepadanya, kenapa di EURO
2016 ini ia tak lagi memperkuat Spanyol, kenapa ...kenapa....kenapa David ?
akh.... dan pada akhirnya berakhir kalah dari Italia Hahahaha (demam EURO).
Merasa capek meneriakiku
untuk bangun sementara matahari semakin eksis menunjukkan sinarnya tanpa
malu-malu lagi, akhirnya Ibu membangunkanku dengan menggedar-gedor papan kamarku
menggunakan gagang sapu ijuk dari bawah, padahal hari libur seperti sekarang
inilah sesungguhnya aku bisa merasakan kebebasan tanpa gangguan telpon atau sms dari rekan kerja yang memintaku ke lapangan atau sekedar
berkoordinasi mendiskusikan sebuah rencana kerja sampai larut malam. Kebebasan
tidur ini bagiku seperti melakukan meditasi
panjang mencari ketenangan jiwa wkwkwkkw. Oh Ibu, fahamlah sedikit perasaan
anak daramu ini, aku tak butuh uang yang banyak sekarang, aku hanya butuh tidur
yang berkualitas hahahaha.
Alasan Ibu menggedor kamarku
dari bawah ternyata bukan tanpa alasan, hari kedua lebaran tamu pun masihlah
berdatangan ke rumah untuk sekedar
massiara saling memafkan dan saling menikmati aneka hidangan lebaran seperti
pagi jelang siang ini ketika Ibuku berkata untuk turun dari kamar menemuinya
karena aku sudah kedatangan tamu yang sudah daritadi menunggu sosokku, dengan
wajah yang masih bengkak, aku coba mengumpulkan kembali nyawaku, menetralkan
perasaanku dan menghitung jari tanganku, memegang hidungku yang masih belum
semancung katrina kaif, oh alhamdulillah masih lengkap jari dan masih belum
mancung juga hidungku haahahaha.
Ibu Sania, Istri Almarhum Ambo Tang dari Kampung Pallu-Palluang Pundata Baji Labakkang |
Memastikan kembali kepada Ibuku
siapa gerangan sosok yang ingin menemuiku. Sebenarnya saya sempat berfikir,
siapa lagi yang mau berkunjung secepat ini kalau bukan sepupu atau teman dekat,
tapi ternyata clue yang diberikan
oleh Ibu menepis dugaanku, tamuku ini katanya perempuan tua, ah jangan-jangan
orangtua yang sedang mencarikan jodoh buat anak lelakinya dan berniat menemuiku
secara langsung yah, hahaahaha.
Kutemui sosok tamu misterius tersebut
dan subhanallah saat melihat sosoknya membuat saya cukup terkejut, beliau....yah
beliau....Ibu Sania, perempuan tangguh yang kisah perjuangannya sempat pula
saya angkat di blog ini. Kalian bisa search
kembali di blog saya ini dengan judul http://www.perempuanpangkep.com/2016/05/potret-kemiskinan-perempuan-labakkang.html
Sosok Almarhum Ambo Tang Saat Masih di Rawat di RSUD Pangkep bersama Ibu Sania |
Perempuan ini yang begitu
setia mendampingi suaminya Ambo Tang yang telah meninggal beberapa minggu yang
lalu, yang sempat saya advokasi dengan beberapa teman-teman facebook ke media karena suaminya harus
menjalani perawatan di RSUD Pangkep dan terkendala biaya karena tak memiliki
KIS atau bantuan kemiskinan lainnya. Bahkan cerita kematian Ambo Tang Pun saya
ulas sedemikian rupa di blog ini silahkan klik http://www.perempuanpangkep.com/2016/06/sejak-sakit-hingga-meninggal-sosok-ambo.html
Keberadaan Ambo Tang saat
itu yang dikabarkan melalui media sosial ini seketika menjadi viral dan mendapat
simpati yang luar biasa dari facebooker
dan komunitas lainnya baik di Pangkep maupun Makassar dan Alhamdulillan bantuan
demi bantuan pun mengalir ke keluarga Ibu Sania guna meringankan biaya
pengobatan Ambo Tang saat itu termasuk mengusik simpati pihak RSUD Pangkep
untuk membebaskan biaya pengobatan dan suport uluran tangan dari Kapolres
Pangkep yang kemarin masih dijabat oleh Bapak Hidayat bersama anak buahnya yang
mengunjungi Ambo Tang di rumah sakit.
Namun, belum juga sebulan
suami Ibu Sania ini meninggalkan RSUD Pangkep kala itu, akhirnya takdir berkata
lain, ketika sebahagian warga di Kelurahan Pundata Baji Kecamatan Labakkang tepatnya
di Kampung Pallu-Palluang melaksanakan ibadah taraweh, Ambo Tang meninggalkan dunia
ini untuk selama-lamanya pada tanggal 16 Juni 2016 yang lalu.
Kembali ke Ibu Sania, kuhampiri beliau, kujabat
tangannya dengan penuh kebahagiaan dengan kehadirannya yang tak kusangka ini.
Kutanyakan kabarnya dan upayanya bisa menemukan rumahku ini dan segera aku
berlari ke dapur menyiapkan hidangan lebaran untuk dinikmati, hingga setelah
agak kenyang Ibu Sania kembali bertutur kepadaku bahwa kedatangannya
kekediamanku berkat informasi dari kerabatnya yang kebetulan bersuamikan orang
sekampungku. Katanya lagi, ia melihatku saat berkunjung ke rumah duka dan
mengenaliku, hingga di hari kedua lebaran ini pun ia memberanikan diri datang
menemuiku secara langung, selain bersilaturahim, tujuan utama sesungguhnya Ibu
Sania adalah mencari informasi terkait bantuan dari Dinas Sosial yang sempat
saya dan teman memintanya untuk mengurusnya.
Menurutnya, beberapa hari kedepan,
ia akan menggelar do’a hari ke-dua puluh almarhum suaminya, sehingga
membutuhkan dana untuk melaksanakannya. Saya hanya tertegung mendengar cerita
Ibu Sania ini, hingga akhirnya saya menyampaikan kepada beliau untuk bersabar
menunggu informasinya di rumah karena prosesnya sendiri masih sementara diusahakan
oleh rekan saya yang rumahnya pun tak jauh dari kediaman Ibu Sania di Pundata
Baji Labakkang.
Cerita haru lainnya yang
sempat Ibu Sania sampaikan ke saya melalui kunjungannya pagi ini adalah keluhan
akan menantunya yang terus membujuk suaminya yang tak lain anak satu-satunya
yang bernama Sangkala, yang terus di desak untuk pergi dari rumahnya dan
kembali ke Makassar. Ibu Sania nampak begitu sedih, mengingat baginya, ia hanya
punya seorang anak saja, setelah putra bungsunya meninggal tahun 2015 yang lalu
akibat kesetrum listrik disusul suami tercintanya yang belum genap sebulan juga
telah meninggalkannya. Baginya jika anak dan menantunya telah pergi dan
meninggalkan dirinya di rumah tua dan rewot itu, maka jadilah Ibu Sania
perempuan tua sebatang kara.
Ah...Ibu Sania,
sabarlah....semoga anakmu ingat betapa sulitnya dirimu melahirkannya kedunia
ini, menikahkannya hingga bisa seperti sekarang ini. Semoga nuraninya lebih
memilih untuk hidup bersamamu daripada memilih pergi meninggalkanmu.
Mencoba mengalihkan cerita
haru Ibu Sania yang hendak ditinggalkan oleh anaknya, saya pun mencoba mengulik
kunjungan Lurah Pundata Baji kepadanya. Apakah pemimpin nomer satu di Pundata
Baji tersebut telah mengunjunginya atau belum, maka terdengarlah dari mulut
polos Ibu Sania bahwa Lurah belum pernah mengunjunginya secara langsung, tapi
sekitar sepuluh hari setelah meninggalnya suaminya, staf lurah datang dan
menyantuninya sebesar dua ratus ribu rupiah atas nama Lurah Pundata Baji.
Menurut Ibu Sania, keterlambatan kedatangan mereka karena tak adanya informasi
sehingga belum sempat mengunjunginya selama ini. Ah, ibu Sania,
sudahlah...alasan kebanyakan para petinggi-petinggi diluar sana selalu seperti
itu, engkau cukup percaya dan berterima kasih saja, setidaknya mereka telah
berkunjung, tapi bagiku untuk percaya, tidak sama sekali.
Diakhir pembicaraan saya pun
menawarkan mengantarkan Ibu Sania untuk pulang kerumahnya dengan menggunakan Rangers Putihku (Baca: Motor) dan disambut
dengan senyum olehnya. Kukatakan padanya, akan segera mengabarinya jika bantuan
dari Dinas Sosial ini sudah ada. Kuberikan bingkisan kepadanya untuk dinikmati
dirumahnya dan memintanya untuk tak sungkan menghubungiku jika masih
membutuhkan bantuan dariku. Selamat Hari Raya Idul Fitri ibu Sania, semoga
engkau tetap tangguh dengan hidupmu sekarang ini. ***
#Onedayonearticle
#Bloggerpangkep
#Lebaran
Belum ada Komentar untuk "Perempuan Tangguh itu adalah Tamu Istimewaku di Hari Kedua Lebaran "
Posting Komentar