Lebaran dan Tamu Perdana
Rabu, Juli 06, 2016
Tambah Komentar
Akhirnya, setelah sebulan penuh
menahan rasa lapar, haus dan melawan hawa nafsu dengan menundukkan ego terhadap
hal-hal yang dapat memancing amarah dapat terlewati juga. Hari kemenangan yang
dinantikan oleh ummat Islam akhirnya datang juga, tak terkecuali penulis dan masyarakat
di salah satu kampung bernama Tarusang Kelurahan Labakkang Kecamatan Labakkang
pun turut bergembira menyambut hari raya idul fitri ini, lebaran kali inipun
kembali dilaksanakan di Lapangan Andi Maruddani Erasa. Masih begitu pagi,
ketika para tetangga sudah begitu sibuk bergegas ke lokasi untuk shalat id
berjamaah.
Lebaran bagi seorang perempuan seperti penulis tentu memiliki cerita tersendiri, mengingat sosok perempuan inilah yang begitu tangguh begadang berjam-jam di dapur menyiapkan aneka masakan khas lebaran. Di tanah bugis-makassar, hidangan lebaran yang selalu jadi primadona bagi setiap rumah seperti burasa, gogoso, leppe-leppe, atau kasoro bunga lengkap dengan jabu-jabunya adalah menu andalan yang hampir semua rumah memilikinya, tak ketinggalan opor ayam atau kari ayam sebagai partner pelengkap makanan khas tadi.
Lebaran bagi seorang perempuan seperti penulis tentu memiliki cerita tersendiri, mengingat sosok perempuan inilah yang begitu tangguh begadang berjam-jam di dapur menyiapkan aneka masakan khas lebaran. Di tanah bugis-makassar, hidangan lebaran yang selalu jadi primadona bagi setiap rumah seperti burasa, gogoso, leppe-leppe, atau kasoro bunga lengkap dengan jabu-jabunya adalah menu andalan yang hampir semua rumah memilikinya, tak ketinggalan opor ayam atau kari ayam sebagai partner pelengkap makanan khas tadi.
Begini Suasana Rumah Penulis Saat Tetta= Bapak Membagikan Angpau kepada Ponakan |
Meski di zaman yang semakin modern ini,
sudah banyak pula keluarga bugis-makassar termasuk di kampung penulis yang mulai
menjadikan makanan seperti ketupat sebagai
menu tambahan melengkapi makanan tradisional bugis-makassar tadi, terlebih daun
kemasan untuk membuatnya sudah begitu ramai diperjual-belikan di pasar sentral
Pangkajene, tapi yakinlah ini bukan berarti ketupat ini sebagai menu PMT (Pemberian
Makanan Tambahan) untuk para pengunjung yang datang massiara di rumah layaknya
pemberian bubur kacang hijau yang seringkali dibagikan sebagai makanan tambahan
kepada balita setelah bayi ini mengkomsumsi bubur aneka merk yang sering
diiklankan di tv-tv hehehe.
Kembali ke lebaran, usai mengikuti
shalat id di lapangan dan sungkeman
dengan Ibu dan para sepupu yang kebetulan kami satu shaf dilapangan akhirnya
penulis kembali ke rumah dan melanjutkan ritual masak di dapur guna
menyelesaikan sisa menu yang akan
dihidangkan bagi tamu yang akan datang ke rumah beberapa jam kemudian. Kadang
disini, penulis merasa iri dengan keluarga yang punya banyak saudara perempuan
yang bisa membantu ibu mereka di dapur dan tidak butuh lama menyelesaikan hidangan
lebaran, nah penulis gimana? Akh, sendiri doang,
malah sempat penulis berfikir jika hari raya semakin mendekati waktunya maka
hari tersiksa pun akan datang hahaha. Bukan apa-apa, hanya ada penulis dan Ibu sosok
perempuan dirumah selebihnya tetta dan
makhluk lucu Jodha, Karna, Nakula, Sadewa,
Moothy, Jalil dan Jalal (Kalian
tahulah siapa mereka).
Di dapur kami harus membuat buras, gogos dan menu lainnya hanya
berdua, selebihnya makhluk tadi yang penulis sebutkan namanya, mereka sejatinya
seperti kontingen penggembira dalam
arena lomba hahaha, sesekali mata mereka begitu tajam memandang bale bolu nasu, ikan goreng dan jabu-jabu
yang begitu lezat diatas meja makan, mereka berputar seperti sedang tawaf mengibaskan ekornya, mungkin
mereka menunggu kapan kami lalai, maka makanan tadi akan berpindah ke mulut
mereka, meowng...meowng....meowng.
Memasak berdua bersama Ibu, letih dan
capeknya pasti hanya kami berdua pula yang merasakan, penulis tidak bilang tettaku disini tak berkontribusi sama
sekali, beliau malah sudah jadi Kabid Pelayanan Umum dirumah, setiap kali kami
membutuhkan sesuatu, maka sekali teriakan Ibu, maka apa yang dibutuhkan akan
menghampiri. Hebat Khan? hahahaha. Kadang saya berfikir lebaran selanjutnya, ingin
menggunakan jasa seseorang untuk membuat semua menu khas tadi biar letihnya
tidak seperti sekarang ini, dengan bermodalkan gaji atau THR, bisalah untuk
membayar jasa ini, maka letih itu tak perlu terlihat di hari raya, dimana wajah
seharusnya berseri-seri dengan dandanan yang cukup, bukan dengan mata bengkak
setelah begadang semalaman, namun belum juga sampai ke niat tersebut Ibu sudah
langsung warning “Disitu tommi seninya
menyambut hari raya, nak. Masak-masaknya” Akh sudahlah, sekejap penulis melupakan
niat itu.
Makanan belumlah selesai disiapkan,
hingga suara beberapa anak-anak terdengar riuh dengan jelas di ruang tamu. “Tanta Nhany, Ani datang, Tanta Nhany, uang,
Nenek Tuju, Nenek Nummi......” nah itu dia, suara ponakan-ponakan menggema
hingga ruang dapur ketika kami begitu khidmat
menyiapkan semua menu, untungkah tetta
penulis yang saat itu belum mandi meminta mereka untuk duduk menunggu atau
sekedar meminta para ponakan melihat kami di dapur yang masih sibuk.
“Tunggulah
kakek baru mau mandi dulu, setelah itu kita berdo’a lalu makan bersama, barulah
kakek akan bagi-bagi doe. Pokoknya kakek punya banyak doe untuk dibagi-bagikan”. Kalimat ini akhirnya dikeluarkan
oleh tettaku agar mereka tak berisik. Sejenak mereka begitu happy mendengar
janji kakeknya, hingga akhirnya handphone,
tongsis, kamera yang berjejer di meja kerja penulis menjadi bahan yang
harus diekspresikan, maka sempurnah kunjungan tamu perdana kami dengan aksi selfie dan wefienya dengan berbagai gaya yang diluar ekspektasi penulis
hahaha.
Tamu perdana yang begitu rempong, namun membahagiakan. Tettaku sempat berkata bahwa anak-anak kecil inilah bak malaikat yang datang kerumah di hari raya yang mengantarkan sejuta kebahagiaan.
Hidangan telah tersaji lengkap di meja
oshin lantai dua rumah penulis,
seluruh ponakan berkumpul dan berjejer begitu rapi, penulis yakin selain menu
andalan Ibuku yang memang enak, hal yang paling mereka tunggu sesungguhnya adalah
pemberian uang dari kakekya. Ritual
berdoa bersama usai dipimpin oleh rekan tettaku, makananpun disantap begitu
lahap hingga para tamu cilik kami tak sabaran menunggu ultimatum selanjutnya dari tettaku. Dan akhirnya, satu persatu para
ponakanku ini dipanggil untuk berjabat tangan plus pemberian uang yang sudah
sejak pagi mereka tunggu.
Lebaran dan Tamu Perdana Penulis |
“Hamzah,
Nasir, Zahira, Zulfi, Nanda, Dian, Ardi, dan Ani” panggil tettaku dengan senyum
khasnya dan para tamu cilik ini pun begitu happy
setelah mendapatkan angpaunya.
Setelah menyaksikan raut wajah mereka yang begitu senang dengan ajang bagi-bagi
doe ini, tak ketinggalan, penulis pun segera mengeluarkan pengumuman dahsyat bahwa juga akan membagi-bagikan
uang jajan kepada mereka. Penulis pun memilih berlari ke lantai bawah rumah
panggung kami, mengambil tempat di ruang tamu dan meminta para tamu cilik ini
berjejer, uang lima ribu pun jadi pilihan bagi penulis untuk dibagi-bagikan
kepada mereka. Ini masih delapan ponakan, masih ada beberapa ponakan lainnya
yang belum setor wajah, sekiranya berkumpul semua, maka puluhan lebih ponakan
meriuhkan rumah kami.
Tamu perdana kami ini adalah anak dari
sepupu-sepupu penulis dari Tettta, belum anak dari saudara Ibu alias tante
penulis. Tamu cilik ini, merupakan anak dari empat sepupu dari saudara
perempuan tettaku yakni tante Ughi namanya, padahal penulis punya banyak sepupu
loh, mengingat saudara-saudara tettaku punya banyak anak, yah cuman tettaku
yang punya anak seorang saja, siapa lagi kalau bukan penulis wkwkwkwkw.
Jika harus merinci satu persatu
keluarga besar dari tettaku, maka akan memakan waktu yang begitu panjang untuk
membahasnya. Intinya adalah, tettaku belum punya cucu dari anak semata
wayangnya haahahaha J
semoga itu sudah bisa memperjelas posisi penulis.
#Onedayonearticle
#Bloggerpangkep
#Lebaran
Belum ada Komentar untuk "Lebaran dan Tamu Perdana"
Posting Komentar