Lebaran dan Tamu Perdana

Akhirnya, setelah sebulan penuh menahan rasa lapar, haus dan melawan hawa nafsu dengan menundukkan ego terhadap hal-hal yang dapat memancing amarah dapat terlewati juga. Hari kemenangan yang dinantikan oleh ummat Islam akhirnya datang juga, tak terkecuali penulis dan masyarakat di salah satu kampung bernama Tarusang Kelurahan Labakkang Kecamatan Labakkang pun turut bergembira menyambut hari raya idul fitri ini, lebaran kali inipun kembali dilaksanakan di Lapangan Andi Maruddani Erasa. Masih begitu pagi, ketika para tetangga sudah begitu sibuk bergegas ke lokasi untuk shalat id berjamaah.

Lebaran bagi seorang perempuan seperti penulis tentu memiliki cerita tersendiri, mengingat sosok perempuan inilah yang begitu tangguh begadang berjam-jam di dapur menyiapkan aneka masakan khas lebaran. Di tanah bugis-makassar, hidangan lebaran yang selalu jadi primadona bagi setiap rumah seperti burasa, gogoso, leppe-leppe, atau kasoro bunga lengkap dengan jabu-jabunya adalah menu andalan yang hampir semua rumah memilikinya, tak ketinggalan opor ayam atau kari ayam sebagai partner pelengkap makanan khas tadi.

Begini Suasana Rumah Penulis Saat Tetta= Bapak Membagikan Angpau kepada Ponakan
Meski di zaman yang semakin modern ini, sudah banyak pula keluarga bugis-makassar termasuk di kampung penulis yang mulai menjadikan makanan seperti ketupat sebagai menu tambahan melengkapi makanan tradisional bugis-makassar tadi, terlebih daun kemasan untuk membuatnya sudah begitu ramai diperjual-belikan di pasar sentral Pangkajene, tapi yakinlah ini bukan berarti ketupat ini sebagai menu PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk para pengunjung yang datang massiara di rumah  layaknya pemberian bubur kacang hijau yang seringkali dibagikan sebagai makanan tambahan kepada balita setelah bayi ini mengkomsumsi bubur aneka merk yang sering diiklankan di tv-tv hehehe.

Kembali ke lebaran, usai mengikuti shalat id di lapangan dan sungkeman dengan Ibu dan para sepupu yang kebetulan kami satu shaf dilapangan akhirnya penulis kembali ke rumah dan melanjutkan ritual masak di dapur guna menyelesaikan  sisa menu yang akan dihidangkan bagi tamu yang akan datang ke rumah beberapa jam kemudian. Kadang disini, penulis merasa iri dengan keluarga yang punya banyak saudara perempuan yang bisa membantu ibu mereka di dapur dan tidak butuh lama menyelesaikan hidangan lebaran, nah penulis gimana? Akh, sendiri doang, malah sempat penulis berfikir jika hari raya semakin mendekati waktunya maka hari tersiksa pun akan datang hahaha. Bukan apa-apa, hanya ada penulis dan Ibu sosok perempuan dirumah selebihnya tetta dan makhluk lucu Jodha, Karna, Nakula, Sadewa, Moothy, Jalil dan Jalal (Kalian tahulah siapa mereka).

Di dapur kami harus membuat buras, gogos dan menu lainnya hanya berdua, selebihnya makhluk tadi yang penulis sebutkan namanya, mereka sejatinya seperti kontingen penggembira dalam arena lomba hahaha, sesekali mata mereka begitu tajam memandang bale bolu nasu, ikan goreng dan jabu-jabu yang begitu lezat diatas meja makan, mereka berputar seperti sedang tawaf mengibaskan ekornya, mungkin mereka menunggu kapan kami lalai, maka makanan tadi akan berpindah ke mulut mereka, meowng...meowng....meowng.

Memasak berdua bersama Ibu, letih dan capeknya pasti hanya kami berdua pula yang merasakan, penulis tidak bilang tettaku disini tak berkontribusi sama sekali, beliau malah sudah jadi Kabid Pelayanan Umum dirumah, setiap kali kami membutuhkan sesuatu, maka sekali teriakan Ibu, maka apa yang dibutuhkan akan menghampiri. Hebat Khan? hahahaha. Kadang saya berfikir lebaran selanjutnya, ingin menggunakan jasa seseorang untuk membuat semua menu khas tadi biar letihnya tidak seperti sekarang ini, dengan bermodalkan gaji atau THR, bisalah untuk membayar jasa ini, maka letih itu tak perlu terlihat di hari raya, dimana wajah seharusnya berseri-seri dengan dandanan yang cukup, bukan dengan mata bengkak setelah begadang semalaman, namun belum juga sampai ke niat tersebut Ibu sudah langsung warning “Disitu tommi seninya menyambut hari raya, nak. Masak-masaknya” Akh sudahlah, sekejap penulis melupakan niat itu.

Makanan belumlah selesai disiapkan, hingga suara beberapa anak-anak terdengar riuh dengan jelas di ruang tamu. “Tanta Nhany, Ani datang, Tanta Nhany, uang, Nenek Tuju, Nenek Nummi......” nah itu dia, suara ponakan-ponakan menggema hingga ruang dapur ketika kami begitu khidmat menyiapkan semua menu, untungkah tetta penulis yang saat itu belum mandi meminta mereka untuk duduk menunggu atau sekedar meminta para ponakan melihat kami di dapur yang masih sibuk.

“Tunggulah kakek baru mau mandi dulu, setelah itu kita berdo’a lalu makan bersama, barulah kakek akan bagi-bagi doe. Pokoknya kakek punya banyak doe untuk dibagi-bagikan”. Kalimat ini akhirnya dikeluarkan oleh tettaku agar mereka tak berisik. Sejenak mereka begitu happy mendengar janji kakeknya, hingga akhirnya handphone, tongsis, kamera yang berjejer di meja kerja penulis menjadi bahan yang harus diekspresikan, maka sempurnah kunjungan tamu perdana kami dengan aksi selfie dan wefienya dengan berbagai gaya yang diluar ekspektasi penulis hahaha.

Tamu perdana yang begitu rempong, namun membahagiakan. Tettaku sempat berkata bahwa anak-anak kecil inilah bak malaikat yang datang kerumah di hari raya yang mengantarkan sejuta kebahagiaan.

Hidangan telah tersaji lengkap di meja oshin lantai dua rumah penulis, seluruh ponakan berkumpul dan berjejer begitu rapi, penulis yakin selain menu andalan Ibuku yang memang enak, hal yang paling mereka tunggu sesungguhnya adalah pemberian uang dari kakekya. Ritual berdoa bersama usai dipimpin oleh rekan tettaku, makananpun disantap begitu lahap hingga para tamu cilik kami tak sabaran menunggu ultimatum selanjutnya dari tettaku. Dan akhirnya, satu persatu para ponakanku ini dipanggil untuk berjabat tangan plus pemberian uang yang sudah sejak pagi mereka tunggu.
Lebaran dan Tamu Perdana Penulis
“Hamzah, Nasir, Zahira, Zulfi, Nanda, Dian, Ardi, dan Ani” panggil tettaku dengan senyum khasnya dan para tamu cilik ini pun begitu happy setelah mendapatkan angpaunya. Setelah menyaksikan raut wajah mereka yang begitu senang dengan ajang bagi-bagi doe ini, tak ketinggalan, penulis pun segera mengeluarkan pengumuman dahsyat bahwa juga akan membagi-bagikan uang jajan kepada mereka. Penulis pun memilih berlari ke lantai bawah rumah panggung kami, mengambil tempat di ruang tamu dan meminta para tamu cilik ini berjejer, uang lima ribu pun jadi pilihan bagi penulis untuk dibagi-bagikan kepada mereka. Ini masih delapan ponakan, masih ada beberapa ponakan lainnya yang belum setor wajah, sekiranya berkumpul semua, maka puluhan lebih ponakan meriuhkan rumah kami.

Tamu perdana kami ini adalah anak dari sepupu-sepupu penulis dari Tettta, belum anak dari saudara Ibu alias tante penulis. Tamu cilik ini, merupakan anak dari empat sepupu dari saudara perempuan tettaku yakni tante Ughi namanya, padahal penulis punya banyak sepupu loh, mengingat saudara-saudara tettaku punya banyak anak, yah cuman tettaku yang punya anak seorang saja, siapa lagi kalau bukan penulis wkwkwkwkw.

Jika harus merinci satu persatu keluarga besar dari tettaku, maka akan memakan waktu yang begitu panjang untuk membahasnya. Intinya adalah, tettaku belum punya cucu dari anak semata wayangnya haahahaha J semoga itu sudah bisa memperjelas posisi penulis.

#Onedayonearticle
#Bloggerpangkep
#Lebaran 

Belum ada Komentar untuk "Lebaran dan Tamu Perdana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel