Sejak Sakit Hingga Meninggal, Sosok Ambo Tang Tak Pernah Dikunjungi Lurahnya


Masih ingat sosok Ambo Tang? Atau sosok Ibu Sania istri lelaki tua dan renta yang belum genap dua bulan diberitakan oleh sejumlah media dan viral di media sosial facebook saat kondisi Ambo Tang diunggah oleh akun facebook Fita Sari kala terbaring tak berdaya di bangsal RSUD Pangkep namun yang bersangkutan ternyata tak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk berobat dan terpaksa harus lewat jalur umum agar bisa menikmati pengobatan di RSUD Pangkep namun keluarga ini tetap disusupi rasa cemas dengan segala kemungkinan terburuk membayar ratusan bahkan sampai jutaan kala itu. Dan penulis pun membuat tulisan terkait beliau di Blog ini. (silahkan cek yah disini tulisan tersebut)

Namun berkat simpati pengguna facebook yang memberitakan kondisinya ke media sosial, akhirnya beberapa pihak pun turun tangan untuk membantu Bapak Ambo Tang. Mulai dari aktifis, jurnalist, Polres Pangkep hingga beberapa komunitas baik yang ada di Pangkep maupun di Makassar menggalang dana untuk mensuport keluarga miskin ini yang terabaikan haknya oleh Pemerintah, hingga pihak RSUD Pangkep pun iba dan akhirnya tak memungut bayaran pada keluarga miskin ini.

Hampir dua pekan Ambo Tang menjalani perawatan di RSUD Pangkep di kamar Ashoka No.5 berbaur dengan pasien lainnya, Sania istri beliau pun begitu dengan setia menemani suami tercintanya yang tak berdaya. Mungkin yang patut disyukuri bahwa ia masih memiliki seorang anak lelaki lagi yang bernama  Sangkala yang tinggal di Makassar dan turun mendampingi ibunya merawat ayah tercintanya, ah sebagai penulis saya tidak bisa membayangkan jika Ibu Sania ini sudah tak memiliki anak lagi, bagaimana ia dan suami masih bisa tetap survive melanjutkan hidupnya.

Pertanyaannya sekarang setelah keluar dari RSUD Pangkep, bagaimana kondisi Ambo Tang ? Melalui anaknya, ia pernah beberapa kali menghubungi penulis mengabarkan bahwa Bapaknya telah pulang ke rumah namun masih menjalani rawat jalan, pernah juga anak Ambo Tang menyampaikan bahwa Bapaknya kembali harus kembali berobat lagi ke Puskesmas Pundata Baji dan meminta petunjuk mekanisme pengurusan berkas untuk pindah domisili mengingat anak Ambo Tang ini sebenarnya tinggal di Makassar dan berencana untuk pindah ke Pangkep untuk membantu Ibunya merawat Bapaknya yang sudah tua dan sakit-sakitan.

Tertanggal 2 Mei penulis mengunjungi Bapak Ambo Tang dan kemarin malam tepatnya 15 Juni 2016 anak Ambo Tang mengabarkan bahwa Bapaknya telah berpulang ke Rahmatullah saat ibadah taraweh sedang berlangsung di Mesjid, seketika penulis pun tertegung.
Esoknya penulis bersama rekan dari relawan Kelas Inpirasi Pangkep bergegas menuju kediaman almarhum Ambo Tang tepatnya di Kampung Pallu-Palua Kelurahan Pundata Baji Kecamatan Labakkang. Tiba di lokasi ternyata jarak yang harus ditempuh untuk sampai di rumah tua almarhum harus melewati pematang empang sekitar 700 meter. Beberapa warga pun sudah tampak berkumpul di depan rumah almarhum yang sedang membantu keluarga Ambo Tang lainnya yang sedang membuat keranda yang akan digunakan untuk mengangkut jenazah almarhum.

Suasana Rumah Duka Almarhum Ambo Tang di Kampung Pallu-Palluang Pundata Baji,
Kamis (16/6/2016)
Menaiki rumah panggung yang sudah tua setua pemiliknya dan sempit itupun penulis menemui istri Almaruhum dan menyampaikan rasa belasungkawa serta memberikan sumbangan ala kadarnya guna meringankan beban keluarga ini. Disamping jenazah almarhum, sejumlah lelaki baik tua maupun muda nampak khusuk membacayakan ayat-ayat suci Al-Qur’an di samping kiri-kanan almarhum, tak terasa air matakupun berlinang tat kala memandang jenazah almarhum? kalian tahu kenapa ? sosok almarhum yang renta dan tua itu terbujur kaku dengan tubuh yang begitu kurus, kuruuuusss sekali seakan menggambarkan sosok beliau ketika hidup tak mendapatkan asupan gizi yang baik dan sebenarnya istri almarhum pun seperti itu.

Penulis kemudian bertanya kepada Ibu Sania, istri almarhum terkait kondisi terakhir almarhum sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Menurut Ibu Sania, bahwa sepulang dari RSUD Pangkep memang kondisi Ambo Tang sudah tak seperti dulu, almarhum sempat mencoba berjalan juga di sekitar rumah namun tetap sakit-sakitan juga, hingga terakhir sebelum meninggal, almarhum sempat meminta dibuatkan Pallubutung (makanan yang terbuat dari pisang) dan makanan tersebut adalah permintaan terakhir dari almarhum hingga akhirnya meninggalkan dunia ini.

Jenazah Almarhum Ambo Tang 
Melihat kondisi rumah Almarhum Ambo Tang pun bikin miris, betapa tidak saat beberapa tetangga dan warga setempat datang melayat menyampaikan belasungkawanya beberapa kali papan rumah itu bergoyang seakan ingin roboh. Bisa kalian bayangkan? Rumah sempit, perabotan ala kadarnya, dirumah itu hanya ada ruang tamu sempit yang juga berfungsi ruang tidur mereka dan dapur yang ada tumpukan panci dan baskon serta satu lemari pakaian kecil yang diatasnya menumpuk bantal yang mereka gunakan untuk tidur. Ah, datanglah kesana dan lihat sendiri, seketika kalian bisa bayangkan kehidupan Ambo Tang dan keluarga yang memprihatinkan itu.

Sosok Ambo Tang saat masih di rawat di Kamar Ashoka RSUD Pangkep bulan Mei 2016
Almarhum Ambo Tang sesungguhnya memiliki dua putra, namun salah seorang putra mereka yang masih berusia 19 tahun pun telah meninggal tahun lalu akibat kesetrum listrik. Aaaah.....setiap kali membayangkan kondisi ini, penulis dan kita semua sesungguhnya harus senantiasa bersyukur dengan nikmat Allah yang barangkali membuatmu lebih beruntung dibanding keluarga Ambo Tang ini.

Sosok Ambo Tang, sosok miskin yang tak mendapatkan pengakuan miskin oleh Pemerintah yang ditandai dengan tanpa adanya bantuan kemiskinan untuk keluarga ini, bahkan saat masih terbujur kaku bulan lalu di RSUD Pangkep, Bapak Ambo Tang mengeluhkan karena tak pernah mendapat perhatian dari Pemerintah Kelurahan untuk turun melihat kondisi kemiskinannya dengan memfasilitasi bantuan seperti raskin atau KIS yang sangat dibutuhkannya kala itu.


Jalan Menuju Kediaman Almarhum Ambo Tang di Kampung Pallu-Palluang, 16/6
Dan yang paling menyedihkan dari semua ini adalah sejak Almarhum Ambo Tang sakit dirawat di RSUD Pangkep dan dikunjungi oleh banyak pihak hingga meninggal dunia kemarin (16/6), saat sebahagian orang di luar Kecamatan Labakkang, diluar Kelurahan Pundata Baji mensuport keluarga ini, justru Lurah Pundata Baji selaku pemerintah setempat dan terdekat dari lokasi sekalipun tak pernah mengunjungi keluarga Ambo Tang ini untuk sekedar bertanya kabar atau memfasilitasi KIS warganya ini.


Rumah Almarhum Ambo Tang 
Pertanyaannya, salah yah kalau Lurah Pundata Baji Kecamatan Labakkang, kalau gak mengunjungi warga miskinnya ? memangnya semua warga di kelurahan Pundata Baji harus diketahui kapan sakit dan meninggalnya ?  

Maka jawabannya adalah tidak ada yang salah, lanjutkan saja sikap tak simpati itu wahai kamu yang katanya pemimpin masyarakat, jadilah pemimpin yang hidupmu tak berempati pada wargamu, jadikan jabatanmu itu untuk kepentinganmu sendiri dan kelompokmu, lanjutkan saja sikap abai itu....hingga masyarakat sendiri yang tak sudi lagi memandang wajahmu, bahkan kelak engkaupun boleh jadi tak sudi untuk melihat wajahmu sendiri saking muaknya.

Bagi penulis jika ada pemerintah dengan level terendah seperti Pemerintah Desa/Kelurahan yang tak tahu kondisi masyarakatnya sama dengan pemimpin yang tak punya masyarakat. Ia hanya pemimpin bagi dirinya sendiri, masa iyah pemimpin kok gak punya simpati sama sekali sementara orang diluar sana terlepas simpatinya itu tulus atau mungkin ada yang pencitraan setidaknya mereka turun tangan sebagai sesama manusia untuk saling tolong-menolong satu sama lain dan meringankan penderitaan saudara kita apalagi ini antara pemimpin dan masyarakat yang semestinya harus selalu mesra.

Ini baru satu orang yang terpantau sedemikian rupa garis kemiskinannya, dan penulis yakin bukan hanya almarhum Ambo Tang yang mengalami pedihnya kemiskinan ini, masih banyak di sudut-sudut perkampungan di 13 Kecamatan yang tersebar di puluhan Desa/Kelurahan yang semuanya tak dapat terselesaikan hingga saat ini solusi untuk menanggulangi kemiskinan ini.   

Masalah Kemiskinan sebagai masalah sosial yang paling akut yang berdampak pada banyak hal seperti kesehatan dan pendidikan serta rendahnya taraf hidup sejahtera masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Setelah almarhum Ambo Tangm siapa selanjutnya yang akan jadi korban penyakit kemiskinan ini ? Tunggu dan lihat sendiri jawabannya.

Akhirnya, do'a yang tulus dari penulis dan para pembaca blog ini Insha Allah akan membawa Almarhum di bulan yang penuh berkah ampunan ini mendapatkan  tempat yang paling mulia di sisinya, Amin Ya Rabbal Alamin.....Alfatiha.

Belum ada Komentar untuk "Sejak Sakit Hingga Meninggal, Sosok Ambo Tang Tak Pernah Dikunjungi Lurahnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel