Sejak Sakit Hingga Meninggal, Sosok Ambo Tang Tak Pernah Dikunjungi Lurahnya
Kamis, Juni 16, 2016
Tambah Komentar
Masih
ingat sosok Ambo Tang? Atau sosok Ibu Sania istri lelaki tua dan renta yang
belum genap dua bulan diberitakan oleh sejumlah media dan viral di media sosial
facebook saat kondisi Ambo Tang diunggah oleh akun facebook Fita Sari kala terbaring
tak berdaya di bangsal RSUD Pangkep namun yang bersangkutan ternyata tak
memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk berobat dan terpaksa harus lewat
jalur umum agar bisa menikmati pengobatan di RSUD Pangkep namun keluarga ini tetap
disusupi rasa cemas dengan segala kemungkinan terburuk membayar ratusan bahkan
sampai jutaan kala itu. Dan penulis pun membuat tulisan terkait beliau di Blog ini. (silahkan cek yah disini tulisan tersebut)
Namun
berkat simpati pengguna facebook yang memberitakan kondisinya ke media sosial,
akhirnya beberapa pihak pun turun tangan untuk membantu Bapak Ambo Tang. Mulai dari
aktifis, jurnalist, Polres Pangkep hingga beberapa komunitas baik yang ada di
Pangkep maupun di Makassar menggalang dana untuk mensuport keluarga miskin ini
yang terabaikan haknya oleh Pemerintah, hingga pihak RSUD Pangkep pun iba dan
akhirnya tak memungut bayaran pada keluarga miskin ini.
Hampir
dua pekan Ambo Tang menjalani perawatan di RSUD Pangkep di kamar
Ashoka No.5 berbaur dengan pasien lainnya, Sania istri beliau pun begitu dengan setia menemani
suami tercintanya yang tak berdaya. Mungkin yang patut disyukuri bahwa ia masih
memiliki seorang anak lelaki lagi yang bernama Sangkala yang tinggal
di Makassar dan turun mendampingi ibunya merawat ayah tercintanya, ah sebagai
penulis saya tidak bisa membayangkan jika Ibu Sania ini sudah tak memiliki anak
lagi, bagaimana ia dan suami masih bisa tetap survive melanjutkan
hidupnya.
Pertanyaannya
sekarang setelah keluar dari RSUD Pangkep, bagaimana kondisi Ambo Tang ?
Melalui anaknya, ia pernah beberapa kali menghubungi penulis mengabarkan bahwa
Bapaknya telah pulang ke rumah namun masih menjalani rawat jalan, pernah juga
anak Ambo Tang menyampaikan bahwa Bapaknya kembali harus kembali berobat lagi
ke Puskesmas Pundata Baji dan meminta petunjuk mekanisme pengurusan berkas untuk pindah domisili mengingat anak Ambo Tang ini sebenarnya tinggal di
Makassar dan berencana untuk pindah ke Pangkep untuk membantu Ibunya merawat
Bapaknya yang sudah tua dan sakit-sakitan.
Tertanggal
2 Mei penulis mengunjungi Bapak Ambo Tang dan kemarin malam tepatnya 15 Juni
2016 anak Ambo Tang mengabarkan bahwa Bapaknya telah berpulang ke Rahmatullah
saat ibadah taraweh sedang berlangsung di Mesjid, seketika penulis pun
tertegung.
Esoknya
penulis bersama rekan dari relawan Kelas Inpirasi Pangkep bergegas menuju
kediaman almarhum Ambo Tang tepatnya di Kampung Pallu-Palua Kelurahan Pundata
Baji Kecamatan Labakkang. Tiba di lokasi ternyata jarak yang harus ditempuh
untuk sampai di rumah tua almarhum harus melewati pematang empang sekitar 700
meter. Beberapa warga pun sudah tampak berkumpul di depan rumah almarhum yang
sedang membantu keluarga Ambo Tang lainnya yang sedang membuat keranda yang
akan digunakan untuk mengangkut jenazah almarhum.
Suasana Rumah Duka Almarhum Ambo Tang di Kampung Pallu-Palluang Pundata Baji, Kamis (16/6/2016) |
Menaiki
rumah panggung yang sudah tua setua pemiliknya dan sempit itupun penulis
menemui istri Almaruhum dan menyampaikan rasa belasungkawa serta memberikan
sumbangan ala kadarnya guna meringankan beban keluarga ini. Disamping jenazah
almarhum, sejumlah lelaki baik tua maupun muda nampak khusuk membacayakan
ayat-ayat suci Al-Qur’an di samping kiri-kanan almarhum, tak terasa air
matakupun berlinang tat kala memandang jenazah almarhum? kalian tahu kenapa ?
sosok almarhum yang renta dan tua itu terbujur kaku dengan tubuh yang begitu
kurus, kuruuuusss sekali seakan menggambarkan sosok beliau ketika hidup tak
mendapatkan asupan gizi yang baik dan sebenarnya istri almarhum pun seperti
itu.
Penulis
kemudian bertanya kepada Ibu Sania, istri almarhum terkait kondisi terakhir
almarhum sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Menurut Ibu Sania, bahwa sepulang
dari RSUD Pangkep memang kondisi Ambo Tang sudah tak seperti dulu, almarhum
sempat mencoba berjalan juga di sekitar rumah namun tetap sakit-sakitan juga,
hingga terakhir sebelum meninggal, almarhum sempat meminta dibuatkan
Pallubutung (makanan yang terbuat dari pisang) dan makanan tersebut adalah
permintaan terakhir dari almarhum hingga akhirnya meninggalkan dunia ini.
Jenazah Almarhum Ambo Tang |
Melihat
kondisi rumah Almarhum Ambo Tang pun bikin miris, betapa tidak saat beberapa
tetangga dan warga setempat datang melayat menyampaikan belasungkawanya
beberapa kali papan rumah itu bergoyang seakan ingin roboh. Bisa kalian bayangkan?
Rumah sempit, perabotan ala kadarnya, dirumah itu hanya ada ruang tamu sempit
yang juga berfungsi ruang tidur mereka dan dapur yang ada tumpukan panci dan
baskon serta satu lemari pakaian kecil yang diatasnya menumpuk bantal yang
mereka gunakan untuk tidur. Ah, datanglah kesana dan lihat sendiri, seketika
kalian bisa bayangkan kehidupan Ambo Tang dan keluarga yang memprihatinkan itu.
Sosok Ambo Tang saat masih di rawat di Kamar Ashoka RSUD Pangkep bulan Mei 2016 |
Almarhum Ambo Tang sesungguhnya memiliki
dua putra, namun salah seorang putra mereka yang masih berusia 19 tahun pun telah
meninggal tahun lalu akibat kesetrum listrik. Aaaah.....setiap kali
membayangkan kondisi ini, penulis dan kita semua sesungguhnya harus senantiasa
bersyukur dengan nikmat Allah yang barangkali membuatmu lebih beruntung
dibanding keluarga Ambo Tang ini.
Sosok
Ambo Tang, sosok miskin yang tak mendapatkan pengakuan miskin oleh Pemerintah
yang ditandai dengan tanpa adanya bantuan kemiskinan untuk keluarga ini, bahkan
saat masih terbujur kaku bulan lalu di RSUD Pangkep, Bapak Ambo Tang
mengeluhkan karena tak pernah mendapat perhatian dari Pemerintah Kelurahan
untuk turun melihat kondisi kemiskinannya dengan memfasilitasi bantuan
seperti raskin atau KIS yang sangat dibutuhkannya kala itu.
Jalan Menuju Kediaman Almarhum Ambo Tang di Kampung Pallu-Palluang, 16/6 |
Dan
yang paling menyedihkan dari semua ini adalah sejak Almarhum Ambo Tang sakit
dirawat di RSUD Pangkep dan dikunjungi oleh banyak pihak hingga meninggal dunia kemarin (16/6), saat sebahagian
orang di luar Kecamatan Labakkang, diluar Kelurahan Pundata Baji mensuport
keluarga ini, justru Lurah Pundata Baji selaku pemerintah setempat dan terdekat dari lokasi sekalipun
tak pernah mengunjungi keluarga Ambo Tang ini untuk sekedar bertanya kabar atau
memfasilitasi KIS warganya ini.
Rumah Almarhum Ambo Tang |
Pertanyaannya,
salah yah kalau Lurah Pundata Baji Kecamatan Labakkang, kalau gak mengunjungi
warga miskinnya ? memangnya semua warga di kelurahan Pundata Baji harus
diketahui kapan sakit dan meninggalnya ?
Maka
jawabannya adalah tidak ada yang salah, lanjutkan saja sikap tak simpati itu wahai kamu yang katanya pemimpin masyarakat, jadilah pemimpin yang hidupmu tak berempati pada wargamu, jadikan
jabatanmu itu untuk kepentinganmu sendiri dan kelompokmu, lanjutkan
saja sikap abai itu....hingga masyarakat sendiri yang tak sudi lagi memandang wajahmu, bahkan kelak
engkaupun boleh jadi tak sudi untuk melihat wajahmu sendiri saking muaknya.
Bagi penulis
jika ada pemerintah dengan level terendah seperti Pemerintah Desa/Kelurahan
yang tak tahu kondisi masyarakatnya sama dengan pemimpin yang tak punya
masyarakat. Ia hanya pemimpin bagi dirinya sendiri, masa iyah pemimpin kok gak
punya simpati sama sekali sementara orang diluar sana terlepas simpatinya itu
tulus atau mungkin ada yang pencitraan setidaknya mereka turun tangan sebagai
sesama manusia untuk saling tolong-menolong satu sama lain dan meringankan penderitaan saudara kita apalagi ini antara pemimpin dan masyarakat yang semestinya harus selalu mesra.
Ini baru
satu orang yang terpantau sedemikian rupa garis kemiskinannya, dan penulis
yakin bukan hanya almarhum Ambo Tang yang mengalami pedihnya kemiskinan ini,
masih banyak di sudut-sudut perkampungan di 13 Kecamatan yang tersebar di
puluhan Desa/Kelurahan yang semuanya tak dapat terselesaikan hingga saat ini
solusi untuk menanggulangi kemiskinan ini.
Masalah
Kemiskinan sebagai masalah sosial yang paling akut yang berdampak pada banyak
hal seperti kesehatan dan pendidikan serta rendahnya taraf hidup sejahtera
masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Setelah almarhum Ambo Tangm
siapa selanjutnya yang akan jadi korban penyakit kemiskinan ini ? Tunggu dan
lihat sendiri jawabannya.
Akhirnya, do'a yang tulus dari penulis dan para pembaca blog ini Insha Allah akan membawa Almarhum di bulan yang penuh berkah ampunan ini mendapatkan tempat yang paling mulia di sisinya, Amin Ya Rabbal Alamin.....Alfatiha.
Belum ada Komentar untuk "Sejak Sakit Hingga Meninggal, Sosok Ambo Tang Tak Pernah Dikunjungi Lurahnya"
Posting Komentar