Handphone Dangdut untuk Ayah !
Sabtu, April 08, 2017
Tambah Komentar
Sejak kasus kecelakaan yang menimpa
Ayahku tahun 2012 yang lalu saat sedang mencari nafkah untuk anak dan istrinya hingga
menyebabkan beliau dilarikan ke Rumah Sakit dan mengalami koma dua minggu di
kota Makassar, praktis membuat Ayahku tak berdaya dan harus berhenti bekerja
untuk waktu yang cukup lama.
Sebagai anak semata wayangnya, melihat
Ayahku terbaring tak berdaya membuatku akhirnya mengambil keputusan agar Ayahku
tidak lagi bekerja seperti dulu ketika ia sehat kembali. Perjalanan panjangnya
saat tak sadarkan diri dari koma membuatku berdoa sepanjang waktu agar Tuhan
berkenan memberikan kesempatan untuk kedua kalinya bagi Ayahku agar ia bisa kembali
sehat dan melanjutkan hidup bersamaku juga Ibuku.
Tekadku membuat Ayahku tak lagi bekerja
tentunya juga bukan tanpa alasan. Saya telah bekerja dan merasa telah sanggup
untuk menafkahi kedua orangtuaku. Bagiku, Ayahku sudah cukup menghabiskan
waktunya membanting tulang memenuhi kebutuhan hidup keluarga selama ini, tidak
ada lagi kompromi. Aku hanya ingin melihat Ayahku menikmati masa tuanya dengan
kebahagiaan yang saya berikan dari hasil keringatku sendiri. Ayahku harus
bahagia bersama ibuku. Sudah cukup tetesan keringat yang mengalir di wajah
Ayahku karena kelelahan bekerja mencari nafkah sepanjang hari selama ini yang
tak mengenal waktu siang atau malam, tak mengenal panas atau dingin semua
dilakukan untuk kebahagiaan keluarga.
Sepanjang waktu dari tahun 2012 hingga tahun
2015 Ayahku masih harus bolak-balik Rumah Sakit di Daerah tempat kami tinggal
Kabupaten Pangkep tak jarang harus ke Rumah Sakit yang lebih lengkap
fasilitasnya di kota Makassar yang harus menempuh satu jam lebih perjalanan guna
melakukan check-up atau kontrol bulanan
untuk melihat perkembangan kesehatannya dan sudah menjadi tanggungjawabku
sebagai seorang anak perempuan satu-satunya untuk terus mendampinginya dengan
mengatur waktu sebaik mungkin, sedikitpun saya sungguh tidak ingin
mengecewakannya atau melalaikan tugas untuk mengantarnya berobat ke Rumah Sakit.
Dan Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar hingga kesehatan Ayahku
perlahan sudah semakin membaik saat ini.
Tapi dasar Ayahku yang memang sejak
muda memiliki karakter orang bugis sebagai sosok pekerja keras dan tidak suka
diam begitu saja meskipun hanya di rumah.
“Ayah tidak betah nak jika diam terus
begini” Ujarnya suatu waktu..
Akhirnya saya mengizinkan dan mulailah ia
mengerjakan apapun yang ingin ia lakukan, meskipun sekali lagi masih sebatas pekerjaan rumah kami. Saya sudah melarang dengan sangat keras Ayahku untuk
kembali menggeluti pekerjaan terakhirnya yang menyebakan beliau kecelakaan.
Ayahku hanya boleh bekerja di rumah dan mulailah
ia menyibukkan diri membersihkan rumah yang seharusnya menjadi tanggungjawab
Ibuku atau aku, membersihkan halaman, membersihkan selokan, berkebun, memperbaiki
atap rumah yang bocor dibantu tukang serta membantu ibuku mengelola toko campuran di rumah,
semuanya ia kerjakan dengan penuh semangat.
Ayahku sedikitpun tidak mau diam. Baginya
diam adalah kematian. Meski awalnya saya sangat tidak setuju, tapi Ayahku ngotot
bahkan pernah saya dapatkan wajah Ayahku murung dan nampak terlihat begitu
sedih sesaat setelah aku melarang keinginannya, hingga saya sadar bahwa
sesungguhnya kebahagiaan terbesar bagiku adalah ketika melihat Ayahku tersenyum
melakukan apapun yang ia senangi. Senyum khas Ayahku yang begitu mendamaikan
setiap kali melihatnya adalah kunci kebahagiaanku yang sebenarnya.
Saat ini selain sibuk menjadi “Menteri
Kebersihan” di rumah, kegiatan lain Ayahku adalah sibuk membantuku merawat
sejumlah kucing peliharaanku sejak tahun 2015 yang lalu, dengan sigap Ayahku
membuatkan kandang, menyiapkan makanan serta minumannya tak lupa memandikan Kucing
Jodhaku dan saudara-saudaranya yang masih kecil meski beberapa kali ia harus
merasakan cakaran mereka saat dimandikan.
Namun dari semua yang Ayahku lakukan,
semuanya penuh dengan ketulusan untuk membahagiakanku. Ah Ayah, seandainya
engkau tahu, aku yang sedang berfikir tentang cara membahagiakanmu di usiamu
yang sudah tak lagi muda.
Ayahku paling senang mendengar lagu dangdut
sambil bekerja dan hampir setiap malam Ayahku begadang bersama Ibuku untuk menyaksikan
kontes dangdut yang cukup fenomenal di salah satu channel tv swasta, melihat itu saya pun
pernah membelikannya speaker kecil yang bisa dibawa kemana-mana untuk beliau putar saat bekerja di rumah sambil dangdutan, tapi akhirnya rusak.
Saya ingin menggantikannya yang baru,
tapi Ayahku menolak, katanya tidak usah, simpan saja uangmu untuk kebutuhan lain, ah Ayah. Lagi-lagi ia memikirkanku.
Hingga saat saya sedang online dan iseng membuka http://www.elevenia.co.id/ctg-mobile-phone-smartwatch untuk kategori Gadget/komputer saya sempat melihat sejumlah Handphone yang bagus lalu saya berfikir
untuk memberikan hadiah untuk Ayahku berupa Handphone
saja agar saat beliau bekerja mengurus kucing-kucing peliharaanku, Ayahku
bisa lebih bersemangat sambil mendengar music dangdut favoritnya yang akan saya
atur playlistnya di Handphone http://www.elevenia.co.id/prd-samsung-galaxy-j7-prime-garansi-resmi-free-sp-smartfren-gsm-16629759 barunya
tersebut.
Lagu Bang Haji Rhoma dan Umi Elvie
Sukaesih akan terdengar indah di telinga Ayahku. Ah, membayangkannya saja sudah
membuatku senang, apalagi jika melihat senyum Ayahku yang bahagia menerima
hadiah Handphone tersebut .*
Belum ada Komentar untuk "Handphone Dangdut untuk Ayah !"
Posting Komentar